Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Seram Bagian Timur, Ismail Rumwokas, S.Ag, menyampaikan kecaman keras terhadap salah satu program televisi nasional TRANS7 yang dinilai telah melecehkan marwah pesantren dan para ulama.
Menurut Ismail, tayangan tersebut dianggap sangat tidak pantas dan tidak etis untuk dipublikasikan, karena menampilkan kehidupan santri dan ulama dengan cara yang tidak proporsional. Ia menilai, penggambaran yang keliru dalam tayangan itu berpotensi menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat, khususnya di kalangan umat Islam.
“Pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan, tetapi benteng peradaban Islam yang telah melahirkan banyak tokoh besar dan ulama karismatik. Karena itu, segala bentuk pelecehan terhadap pesantren dan ulama harus dihentikan,” tegas Ismail Rumwokas di Seram Bagian Timur, Kamis 16 Oktober 2025.
Ismail juga meminta pihak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) agar segera menindaklanjuti persoalan ini sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Ia menilai, masalah ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan permintaan maaf semata, sebab dampaknya menyentuh ranah moral dan spiritual umat.
“Ini bukan sekadar kekeliruan jurnalistik yang bisa ditutup dengan permintaan maaf. Kami menuntut adanya tanggung jawab moral dan klarifikasi yang rasional dari pihak terkait. Permintaan maaf harus disampaikan dengan kesungguhan dan penghormatan terhadap nilai-nilai luhur pesantren yang telah menjaga bangsa sejak dahulu,” ujarnya menambahkan.
Lebih lanjut, PCNU Seram Bagian Timur menegaskan penolakan keras terhadap segala bentuk pelecehan dan stereotip negatif yang ditujukan kepada pesantren, santri, maupun ulama.
“Pesantren dan para santri telah berperan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa ini. Mereka bukan hanya penjaga moral dan spiritual umat, tetapi juga garda depan dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan,” tutup Ismail. (M Jais)